Laporan Praktikum Kimia Analitik 2: Percobaan 4 (Metode analisis dengan menggunakan AAS)
Master 1
Pada percobaan 4 ini, ada dua macam percobaan yang harus dilakukan,
yang pertama adalah Penentuan zn dalam urine, dan yang kedua adalah penentuan
Cu dan Pb dalam larutan sampel electroplating.
Metode analisis utama yang digunakan dalam kedua percobaan ini adalah
Spektometri Serapan Atom (AAS). Pengukuran zat dengan spektometri selalu
melibatkan analat, blanko, dan standar. Blanko adalah larutan yang mempunyai
perlakuan yang sama dengan analat tetapi tidak mengandung komponen analat. Tujuan pembuatan larutan blanko ini adalah
untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analat. Kemudian, larutan
analat adalah larutan yang dianalisis. Dan larutan standar adalah larutan yang
mendapat perlakuan sama dengan analat dan mengandung komponen analat dengan konsentrasi
yang sudah diketahui.
Penentuan Zn dalam urine
Pada percobaan yang pertama, metode yang digunakan adalah metode
kurva standar. Kurva standar merupakan standar dari sampel tertentu yang dapat
digunakan sebagai pedoman atau acuan untuk sampel tersebut pada percobaan.
Pembuatan kurva standar bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi
larutan dengan nilai absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui.
Hal pertama yang dilakukan adalah mengencerkan larutan stok Zn 100
ppm menjadi berbagai jenis konsentrasi Zn, 0 ppm, 0.5 ppm, 1 ppm, 1.5 ppm, dan
2 ppm. Alasan dilakukannya pengenceran terhadap larutan stok tersebut adalah
membuat konsentrasi larutan standar menjadi rendah. Dengan konsentrasi yang
rendah maka jumlah mol dalam satu liter larutan memiliki jumlah yang sedikit
sehingga alat yang digunakan dalam metode AAS lebih sensitive dalam mengamati
absorbansi yang terjadi pada atom Zn.
Kemudian, larutan Zn tersebut ditambahkan oleh pelarut dengan
berbagai variasi jenis dan konsentrasi. Variasi jenis dan konsentrasi pelarut
yang digunakan ada lima, yaitu akuades ; larutan NaCl 0,15 M; larutan NaCl 0.30
M; larutan campuran NaCl 0,15 M dan KCl 5x10^-3; dan larutan campuran NaCl 0,15
M dan KCl 10x10^-3. Alasan penggunaan KCl dan NaCl seebagai pelarut untuk
larutan standar adalah karena kandungan garam mineral seperti NaCl dan KCl juga
berada didalam urine manusia. Sehingga proses penambahan pelarut dalam larutan
Zn tersebut dapat mempengaruhi kandungan dalam larutan sehingga diharapkan
larutan standar tersebut menyerupai urine manusia sesungguhnya. Sehingga
kita dapat menentukan konsentrasi zn dalam urin
Setelah penambahan pelarut kedalam larutan stok Zn, langkah
selanjutnya adalah dengan menambahkan larutan HCl. Penambahan HCl ini bertujuan untuk membentuk
suasana asam dalam larutan. Kondisi pH rendah ini dapat mempertinggi nilai
penyerapan suatu energy oleh atom, sehingga proses absorbansi dalam AAS dapat
berjalan efektif. Selain itu penambahan larutan HCl yang bersifat asam ini
lebih terjaga fase larutannya jika dibandingkan dengan penambahan senyawa
netral ataupun penambahan senyawa basa lainnya. Sifat Zn ketika berada dalam
keadaan basa atau netral maka akan menghasilkan endapan, sebagai contoh
penambahan H20 pada Zn akan menghasilkan endapan Zn(OH)2. Sehingga, dalam hal ini jika terdapat endapan
didalam larutan, maka dapat mengganggu AAS secara teknis pada alat
spektrometernya maupun teoritis dengan absorbansinya. Tentu, AAS tidak dapat
dilakukan pada senyawa dengan fase padat.
Analaisis larutan dilakukan dengan metode AAS. Metode ini didasarkan
pada proses absorbs energy radiasi sinar oleh atom dari unsur yang dianalisis.
Ketika suatu senyawa dikenai sumber energy, maka energy tersebut akan diserap
oleh suatu electron terluar yang berada pada keadaan dasar (ground state),
sehingga electron akan terektisasi ke keadaan yang lebih tinggi (excited state)
dengan menyerap energi, kemudian keberadaan electron tersebut tidak stabil
sehingga mempunyai kecenderungan untuk kembali ke tempat asalnya. Agar electron
bisa kembali ke ground state, electron akan melepas energy, yang disebut emisi,
yang kemudian akan ditangkap sebagai nilai absorbansi oleh detector.
Pada hasil percobaan akan diperoleh nilai absorbansi dari tiap-tiap
konsentrasi larutan Zn dengan masing-masing jenis pelarutnya. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi Zn, maka semakin
besar nilai absorbansinnya. Hal tersebut terjadi karena konsentrasi yang tinggi
mempunyai banyak partikel yang dapat menyerap energy yang dipancarkan. Sehingga
energy yang diteruskan akan berada dalam jumlah yang lebih kecil dari energy
awal. Dengan nilai absorbansi tersebut kemudian dibuat grafik hubungan antara
Absorbansi (A) dengan konsentrasi (C) Zn dalam ppm. Kemudian nilai absorbansi
dari tiap-tiap diluent (pelarut) sejenis dikelompokan untuk mendapatkan
persamaan garis yang sesuai.
Berdasarkan bantuan perhitungan excel, didapatkan persamaan garis untuk
diluent akuades adalah y= 0,018x + 0,006, persamaan garis untuk diluent larutan
NaCl 0,15 adalah y=0,013x + 0,011, persamaan garis untuk diluent larutan NaCl
0,30 M adalah y=0,013x + 0,014, persamaan garis untuk diluent larutan campuran
NaCl 0,15 M dan KCl 5.10^-3 adalah y = 0,001x + 0,034, dan persamaan garis
untuk diluent larutan campuran NaCl 0,15 M dan 10.10^-3 adalah y= 0,032x +
0,012.
Konsentrasi zn dalam urine dapat ditentukan dengan menggunakan masing-masih
persamaan garis diatas. Persamaan garis tersebut merupakan aplikasi dari hokum
Bouguer-Lambert-Beer yang dituliskan A=E.b.C, dengan persamaan garisnya y=mx+c,
yang mana y merupakan nilai absorbansi dan x merupakan nilai konsentrasi.
Dengan memasukan nilai absorbansi sampel urine, yaitu sebesar 0,037 kedalam
variable y pada tiap-tiap persamaan diatas, maka dapat diperoleh hasil berupa
konsentrasi Zn dalam urin untuk tiap-tiap larutan standar. Dengan berurutan,
Konsentrasinya berturut-turut adalah 17,2 ppm, 20 ppm, 17,7 ppm, 30 ppm, dan
7,8 ppm.
Dari hasil konsentrasi diatas ada beberapa kesahalahan teoritis yang
bisa dijelaskan. Jika melihat data absorbansi di dalam lampiran, kita dapat
mengetahui bahwa kecilnya nilai absorbansi yang dihasilkan merupakan kecilnya keboleh-jadian
atom dalam menyerap energy yang pancarkan. Instensitas cahaya setelah mengenai
atom (It) memiliki selisih yang kecil dibandingkan dengan Intensitas cahaya
ketika dipancarkan. Hal tersebut dapat terjadi karena interferensi matriks yang
terjadi dalam AAS. Larutan standar yang digunakan tidak sesuai dengan larutan
sampel yang dianalisis akibat adanya ion K+ dan Na+ yang cukup besar. Dengan perbedaan
sifat fisik tersebut, menentukan absorbansi sampel tidak lagi sesuai dengan
acuan yang digunakan
Larutan standar yang paling mendekati urine adalah
Dalam perhitungannya hal diatas dapat mengakibatkan begitu besarnya
nilai konsentrasi dari Zn. Sementara kita tahu Zn didalam urine orang dewasa
normal mempunyai konsentrasi antara 0,5 - 1,2 ppm. Adapun kesalahan teknis yang
mungkin dilakukan oleh praktikan adalah kekurangtelitian dalam membuat larutan
standar pada proses pengenceran.
Penentuan Cu dan Pb
dalam larutan Elektroplating Nikel
Pada percobaan kedua ini metode yang digunakan adalah metode adisi
standar. Larutan sampel dengan volume yang sama ditambahkan/adisi dengan
larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Penggunaan metode ini
bertujuan untuk mengurangi interferensi yang terjadi, yaitu interferensi
matriks. Larutan sampel electroplating yang digunakan sangat sensitive terhadap
kondisi operasi, sehingga jika sifat fisik larutan sampel dengan larutan
standar berbeda maka hal tersebut akan menyebabkan gangguan dalam metode AAS
ini.
Konsentrasi yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan Cu dan
Pb 0 ppm, 5ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan 20 ppm. Sehingga dari larutan stok Cu 100
ppm dan larutan stok pb 100 ppm harus diencerkan terlebih dahulu untuk
mendapatkan konsentrasi yang diinginkan.
Alasan menggunakan konsentrasi yang rendah pada tiap larutan adalah karena
untuk mempermudah dalam proses analisis absorbansi yang terjadi. Dalam kata
lain sensivitas alat AAS akan lebih tingggi terhadap larutan yang
berkonsentrasi rendah.
Larutan yang dibuat dengan berbagai konsentrasi tersebut kemudian
dianalisis absorbansinya dengan alat AAS. Prinsip alat AAS pada percobaan ini
cukup sama dengan pada percobaan sebelumnya, yang membedakan adalah pemakaian
lampu sumber energy sinar yang dipasang. Jika pada percobaan penentuan zn
digunakan lampu katode untuk logam zn, maka pada lampu percobaan ini dipasang
lampu masing-masing katode untuk logam Cu da Pb.
Berdasarkan hasil percobaan diatas dapat diperoleh hasil berupa
absorbansi dari tiap-tiap konsentrasi logam cu dan pb. Nilai absorbansi dari Cu
berturut-turut (0,5,10,15,20)ppm adalah 0.213 0.459, 0.702, 0.805, 1.009 ppm Sedangkan
nilai absorbansi Pb berturut-turut (0,5,10,15,20)ppm adalah 0.036, 0.082,
0.127, 0.167, 0.208 ppm. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi Cu maupun Pb maka
semakin besar absorbansi yang dihasilkan. Hal tersebut terjadi karena konsentrasi yang
tinggi akan mempunyai banyak partikel yang dapat menyerap energy yang
dipancarkan. Sehingga energy yang diteruskan (It) akan berada dalam jumlah yang
lebih kecil dari energy awal (I0).
Dari hasil absorbansi tersebut kemudian dapat diperoleh nilai
konsentrasi pb maupun cu dengan membuat grafik Absorbansi vs konsentrasi. Dengan
grafik tersebut ekstrapolasi pada At = 0 pada absorbansi vs volume standar,
sehingga memberikan persamaan konsentrasi larutan sampel (Cx) = - konsentrasi
larutan standar (-Cs). Sehingga didapat hasil berupa konsentrasi Cu adalah 164.47
ppm dan konsentrasi pb adalah 118,75 ppm.
Komentar
Posting Komentar