Laporan Praktikum Kimia Analitik 2: Percobaan 5 (Analisis Fosfor dan Krom(IV) Secara Spektrofotometri UV-Vis)
Laporan Praktikum Kimia Analitik 2: Percobaan 5 (Analisis Fosfor dan Krom(IV) Secara Spektrofotometri UV-Vis)
Master 2
Pembahasan Analisis
Fosfor dan Krom (VI) secara spktrofotometri UV-Vis
Pada
percobaan kali ini akan dibahas mengenai analisis fosfor dan krom (VI) secara
spektrofotometri UV-Vis yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi fosfat
dalam sampel dan menentukan konsentrasi krom (VI) dalam sampel. Dalam
menganalisis fosfor, pereaksi yang digunakan adalah ammonium molibdovanadat,
sedangkan dalam analisis krom (VI) pereaksi yang digunakan adalah
difenilkarbazida.
Sebelum
menganalisis, larutan stok fosfor dan krom harus diencerkan terlebih dahulu
menjadi konsentrasi yang lebih rendah.
Pada konsentrasi tinggi, jarak rata-rata diantara molekul pengabsorbsi
menjadi kecil sehingga masing-masing molekul mempengaruhi distribusi muatan
molekul lainnya. Interaksi ini dapat mengubah kemampuan suatu molekul untuk
mengadsorbsi cahaya pada panjang gelombang yang diberikan.
Panjang
gelombang (lamda) dimana suatu larutan zat uji memiliki serapan maksimum
disebut panjang gelombang maksimum. (lamda maks). Setiap senyawa termasuk
fosfor dan krom (VI) mempunyai (lamda maks) masing-masing, sehingga perlu
dilakukan penentuan lamda maks sebelum penentuan absorbansi fosfor pada
spektrofotometri,. Panjang gelombang maksimum dapat ditentukan dengan cara
membuat spectrum penyerapan dari larutan zat uji dengan konsentrasi yang sama.
Dari cara tersebut, diperoleh panjang gelombang yang dibandingkan dengan
panjang gelombang serapan lainnya. Pengamatan terhadap lamda maks dapat
diketahui dengan melihat nilai absorbansi yang paling besar.
Dalam
setiap pengukuran spektrofotometri harus terdapat larutan blanko. Blanko adalah
larutan yang mempunyai perlakuan yang sama dengan analat tetapi tidak
mengandung komponen analat. Tujuan
pembuatan larutan blanko ini adalah untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat
yang bukan analat. Larutan blanko biasannya digunakan dalam proses kalibrasi
alat spektrofotometer dalam membandingkan dengan analisis larutan sampel.
Selain itu larutan blanko dapat digunakan dalam menstabilakan absorbansi akibat
perubahan voltase dari sumber cahaya, sehingga dalam analisisnya larutan blanko
selalu diujikan terlebih dahulu sebelum larutan sampel yang akan dianalisis.
Metode
spektrofotometri uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet
(200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya
uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron
dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi
berenergi lebih tinggi. Cahaya tampak yang diserap oleh suatu senyawa akan
diteruskan dengan intensitas yang lebih rendah dan memancarkan warna yang lain.
Sinar yang diteruskan ini kemudian dipancarkan sebagai sinyal dan di tangkap
oleh detector sebagai nilai absorbansi. Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya
tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron.
Analisis fosfor dengan ammonium molibdovanadat
Ada
beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam menentukan konsentrasi fosfor dalam
sampel. Tahap pertama adalah penentuan waktu kestabilan kompleks, tahap kedua
adalah pembuatan kurva kalibrasi, dan tahap ketiga adalah penentuan absorbansi
sampel. Percobaan ini menggunakan lima larutan standar 2,4,6,8,10 ppm yang
harus dibuat terlebih dahulu dari larutan stok P 100 ppm.
Analisis
fosfor dilakukan dengan menggunakan pereaksi ammonium molibdovanadat. Tujuan
penambahan pereaksi tersebut adalah untuk memberikan warna yang khas dalam
larutan, yaitu warna kuning akibat adanya senyawa kompleks yang terbentuk.
Warna inilah yang merupakan salah satu syarat yang harus ada pada larutan dalam
menggunakan teknik UV-Vis. Kemudian penambahan pereaksi tersebut menghasilkan senyawa
molibdovanadofosfat yang stabil, sehingga tidak terjadi pengaruh perubahan
warna dalam larutan. Reaksi yang terjadi saat penambahan adalah
(REAKSI)
Interferensi
yang mungkin terjadi dalam percobaan ini adalah adanya garam-garam silikat,
arsenat, dari logam-logam, Fe, Cu dan Ni. Gangguan tersebut dapat membuat
kesalahan nilai absorbansi yaitu pembacaan daya serap sinar oleh molekul garam
tersebut oleh sistim pembaca hasil. Interferensi tersebut dapat diminimalisir
dengan pemilihan panjang gelombang yang sesuai dengan unsur yang ingin di
analisis. Panjang gelombang yang digunakan dalam analisis fosfor adalah 400 nm.
Interferensi yang mungkin terjadi lainnya adalah adanya pengaruh ion florida,
sehingga untuk mengatasinya adalah dengan menambahkan asam nitrat pekat (HNO3)
dalam larutan yang ingin dianalisis.
Dalam penentuan fosfor, waktu
kestabilan kompleks perlu ditentukan karena waktu tersebut merupakan waktu yang
dibutuhkan senyawa dan pengompleksnya untuk membentuk senyawa kompleks yang
stabil. Waktu dimana terjadinya kestabilan senyawa kompleks ditandai dengan
besarnya nilai absorbansi yang terlihat. Dalam penentuannya menggunakan satu
sampel standar 6 ppm. Dari hasil terlihat, nilai absorbansi terbesar berada
pada menit ke.. sehingga waktu kestabilan kompleks senyawa ini adalah…
Penentuan kurva kalibrasi dilakukan
terhadap 5 larutan standar berkonsentrasi masing-masing 2,4,6,8,10 ppm. Kelima
larutan standar diukur absorbansinya dengan panjang gelombang maksimum dan
waktu kestabilan kompleks maksimum. Sehingga didapatkan hasil berupa nilai
absorbansi yang selalu naik bersamaan dengan kenaikan konsentrasi larutan
standar. Dari hasil tersebut kemudian di
proyeksikan ke dalam grafik, sehingga terlihat garis linear dengan persamaan
garis y = 0,2494x – 0,4741 dengan r2 = 0,9109.
Sedangkan, pada tahap lain diketahui absorbansi fosfor dalam sampel adalah
0,392. Absorbansi sampel merupakan intersep y dari persamaan garis kurva
kalibrasi diatas, dan variable x merupakan konsentrasi yang dapat dicari.
Dengan perhitungan, dapat diketahui konsentrasi fosfor dalam sampel sebesar…..
Analisis Krom (VI) Secara Spektrofotometri
Dalam penentuan konsentrasi Krom
(VI) secara spektrometri, ada beberapa tahapan yang harus dikerjakan, yaitu penentuan
panjang gelombang maksimum, pembuatan grafik kalibrasi, dan uji pengaruh Cr
(III) terhadap penentuan Cr(VI). Larutan standar yang digunakan memiliki
variasi konsentrasi yang berbeda, yaitu 0,1 ; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 ppm. Percobaan
ini menggunakan variasi penambahan asam yang berbeda, yaitu HCl dan H2SO4.
Penggunaan spektrofotometri visible
mensyaratkan setiap larutan yang harus diuji harus mengandung kromofor(warna). Pereaksi
yang digunakan dalam percobaan ini adalah senyawa 1,5-difenilkarbazida. Dalam
suasana asam, senyawa ini akan bereaksi
dengan Cr (VI) menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah-ungu. Reaksi
pengkompleksan yang terjadi hanya bisa dalam keadaan asam, dalam keadaan yang
lain, produk yang dihasilkan tidak akan stabil, Reaksi yang terjadi saat
penambahan larutan 1,5 difenilkarbazida 0,01 % adalah sebagai berikut.
REAKSI
CUUUY !!!
Seperti yang sudah dijelaskan di
awal tadi bahwa perocbaan ini menggunakan variasi penambahan asam yang berbeda.
Hal yang harus kita tahu dalam penambahan asam ini bertujuan untuk
menghilangkan interferensi yang mungkin terjadi akibat adanya Mo(VI), Hg(I),
Hg(II), Fe(III) dan V. Dalam asam, anion-anion akan selektif mengikat
logam-logam yang dibutuhkan untuk membentuk senyawa kompleks yang larut, dan
mencegah pembentukan logam lain yang tak larut, sehingga dalam penentuan krom
(VI), nilai absorbansi yang dihasilkan akan lebih efektif dan tidak terganggu
oleh interferensi logam yang lain. Sedangkan, variasi asam bertujuan untuk mengetuahui
diantara HCl atau H2SO4, manakah yang mempunyai kemampuan asam lebih baik dalam
mencegah interferensi yang terjadi pada analisis crom (VI).
Penentuan panjang gelombang
dilakukan pada 540-560 nm dengan interval 5 nm. Dari hasil dapat diketahui
bahwa nilai absorbansi yang terbesar merupakan bentuk dari panjang gelombang
maksimum. Panjang gelombang maksimum dalam semua larutan asam baik HCl, maupun
H2SO4 pada penentuan krom (VI) ini adalah 545nm. Panjang gelombang inilah yang
kemudian akan diujicobakan terhadap lima larutan standar dalam pembuatan kurva
kalibrasi.
Larutan standar dalam konsentrasi
berbeda yang diujikan dapat mengetahui besarnya absorbansi yang dihasilkan dari
tiap-tiap larutan standar. Sehingga didapatkan hasil berupa nilai absorbansi
yang selalu naik bersamaan dengan kenaikan konsentrasi larutan standar.
Persamaan garis yang didapat dalam larutan asam HCl adalah y=1.127x-0,0229
dengan r2=0,9566 sedangkan dalam larutan H2SO4 persamaan garisnya adalah y=1.24
x – 0,005 dengan r2=0,9964. Sedangkan, pada tahap lain diketahui absorbansi
sampel Cr (VI) dalam HCl sebesar 0,141, dan dalam H2SO4 sebesar 0,236.
Absorbansi sampel kemudian merupakan intersep y dari persamaan garis kurva
kalibrasi, dan variable x yang merupakan konsentrasi yang dapat dicari. Dengan
perhitungan, dapat diketahui konsentrasi Cr dalam sampel dengan larutan HCl
sebesar….., sedangkan dalam H2SO4 adalah
Dari hasil diatas, dapat diketahui
bahwa asam sulfat (H2SO4) mempunyai sifat keasaman yang lebih baik daripada
asam klorida. Hal ini terbukti dari kurva kalibrasi yang dihasilkan, mempunyai
regresi yang lebih mendekati nilai 1, atau dalam kata lain grafik yang
dihasilkan lebih linear daripada grafik asam klorida. Pengaruh tersebut
disebabkan pengompleksan dengan asam sulfat dapat mempertahankan warna yang
dihasilkan dari senyawa kompleks, sehingga absorbansi dengan menggunakan UV-Vis
dapat lebih akurat dalam menentukan fosfor.
Pada tahap terakhir, uji pengaruh Cr
(III) terhadap penentuan Cr (VI) dapat diketahui bahwa penambahan Cr(III)
dengan konsentrasi berapapun tidak akan mempengaruhi nilai absorbansi yang
signifikan pada penentuan Cr(VI). Hal tersebut membuktikan bahwa pereaksi yang
digunakan yaitu 1,5-difenilkarbazida dapat membentuk senyawa kompleks yang
stabil dan tidak terpengaruh reaksi redoks. Dan juga asam yang ditambahkan
dapat mencegah interferensi yang mungkin terjadi, sehingga dihasilkan nilai
absorbansi Cr(VI) yang optimum.
Komentar
Posting Komentar